Apa itu komunikasi politik (Pengertian, elemen ,dan Fungsi ) Lengkap - Sarjana Komunikasi

Breaking

Sarjana Komunikasi Indonesia

Senin, 05 Agustus 2019

Apa itu komunikasi politik (Pengertian, elemen ,dan Fungsi ) Lengkap

Komunikasi Politik

A. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik, menurut R.H. Blake dan Haroldsen (dalam Nurani Soyomukti, 2013: 23-24), menggolongkan komunikasi politik sebagai salah satu dari sembilan bentuk (form) komunikasi. Kesembilan bentuk tersebut antara lain, komunikasi intra-pribadi, komunikasi antar-pribadi, komunikasi organisasional, rumor, komunikasi massa, komunikasi media massa, telekomunikasi, dan komunikasi non-verbal.

Sementara itu, menurut Steven Foster (dalam Darmawan, 2015:115), komunikasi politik adalah cara dan implikasi dimana politisi berusaha untuk mengkomuni-kasikan pesan mereka untuk pemilih yang skeptis dan tidak terikat. Dalam konteks ini, Foster beranggapan bahwa komunikasi politik itu terjadi dalam kaitannya dengan pemilu, saat proses kampanye politik yang melibatkan politisi dan pemilih. Berbeda dengan pendapat Foster, pengertian atau difinisi lain mengenai komunikasi politik tidak sebatas saat pemilu saja, melainkan sepanjang waktu. Menurut Damsar (2012:207), komunikasi politik adalah proses pengalihan pesan (berupa data, fakta, informasi, atau citra) , yang mengandung suiatu maksud, dari pengirim kepada penerima yang melibatkan proses pemaknaan terhadap kekuasaan, kewenangan, kehidupan politik, pemerintah, negara, kenijakan, pengambilan keputusan, dan pembagian atau alokasi kekuasaan.

B. Elemen Komunikasi Politik
Komunikasi politik dapat berjalan bilamana didukung oleh bekerjanya elemen-elemen komunikasi politik. Menurut Austin Ranney (dalam Darmawan, 2.015: 116-1 17) , ada lima elemen dari komunikasi politik. Kelima elemen komunikasi politik itu adalah:

1.     Komunikator. Komunikator politik adalah orang atau kelompok yang bertindak memengaruhi kebijakan pemerintah. Adapun yang termasuk dalam kategori komunikator politik itu adalah partai politik dan kelompok penekan;

2.     Pesan. Komunikator politik memulai komunikasi dengan cara mengirimkan seuah pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator ini ditujukan agar penerima pesan (the reciever) sadar akan pesan dari komunikator.

3.     Medium. Medium adalah alat yang digunakan oleh komunikator politik untuk mentransmisi pesan agar penerima pesan sadar akan pesan yang disampaikan. Yang termasuk dalam katyegori medium ini antara lain televisi, radio, kolom, dan editorial koran atau majalah dan lain lain;

  1. 4, Penerima pesan. Penerima pesan adalah orang-orang yang sadar akan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Respons. Setiap komunikasi politik ditujukan untuk memproduksi satu atau beberapa jenis respons dari penerima pesan. Adapun jenis-jenis respons itu adalah inisiasi (penerima pesan tidak berpikir dan tidak memiliki pandangan, penerima pesan”menginisiasi” pandangan mereka dalam bentuk pertanyaan) , konversi (penerima pesan tidak sepakat dengan komunikator politik, tapi dikarenakan komunikator menyakinkan maka akhirnya memaksa penerima pesan berubah pikiran dan mengikuti pandangan komunikator politik), reinforcement (penerima pesan hanya sedikit sepakat dengan pesan dari penerima pesan, kemudian setelah komunikator politik menyampaikan pesan, penerima pesan yakin dan sepakat dengan pandangan yang sudah mereka pegang sebelumnya) , aktivasi (penerima pesan hanya sedikit setuju dan tidak pernah serius mengubah pandangan mereka. Namun, komunikator politik berhasil menyakinkan penerima pesan ditambah . dengan kontribusi uang, menyebarkan selebaran yang mengakibatkan penerima pesan menjadi aktif mendukung pesan yang disampaikan komunikator politik).

C. Fungsi Komunikasi Politik
Komunikasi politik memiliki fungsinya. Menurut McNair(dalam Hafied Cangara, 2009; 40), ada lima fungsi dasar dari komunikasi politik, yaitu:

1.     Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi disekitarnya. Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan monitoring apa yang terjadi di dalam masyarakat.
2.     Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Di sini para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga beruisaha membuat liputan yang obyektif (obyektive reporting) yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.
3.     menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan mengembalikan hasil opini publik itu kepada masyarakat.
4.     Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga politik. Di sini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watchdog).
5.     Memfungsikan media politik sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-progam lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.

Menurut Hafied Cangara (2009: 40-41) , bilamana fungsi komunikasi yang dikemukankan oleh McNair (2003) dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hadebro ( 1982) , komunikasi politik berfungsi sebagai berikut:

  1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat ;
  2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik;
  3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung partai ;
  4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik;
  5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosilisasi tentang cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi suara;
  6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau pengamat politik;
  7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang mengancam persatuan nasional;
  8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokratisasi;
  9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda setting, maupun komentar-komentar politik;
  10. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam mebantu tercuiptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas.

D. Model komunikasi Politik

Komunikasi politik dapat berlangsung dalam berbagai lOdel. Menurut Darmawan (2015zl 18-121), setidaknya terdapat ga macam model komunikasi politik. Ketiga model komunikasi olitik itu adalah sebagai berikut; '

  1. Model Liner. Dalam model ini, komunikasi politik dianggap sebagai proses yang bersifat liner (garis lurus satu arah). Rujukan paling utama untuk model ini adalah model yang dikembangkan oleh Harold Laswell. Menurutnya, komunikasi terjadi karena lima elemen yang berhubungan linear, yaitu; komunikator, pesan, saluran, penerima, dan efek atau pengaruh.

  1. Model interaktif. Model interaktif ini menunjukkan bahwa komunikator menciptakan dan menginterpretasikan pesan dengan pengalaman personal. Model komunikasi interaktif ini mendorong baik pengirim maupun penerima pesan untuk berpartisipasi secara aktif.

  1. Model Transaksional. Model komunikasi politik ini melibatkan adanya noise, yang merupakan segala hal yang mencampurri komunikasi yang disengaja atau memiliki tujuan tertentu. Hal ini mencakup suara seperti a lawn mower atau percakapan lainnya, sebaik “gangguan” di antara komunikator, seperti bias mental dan preokupasi. Model ini menekankan bahwa komunikasi adalah berlanjut, secara konstan merupaka proses yang berubah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar